Pengalamaan Selama Dua Hari Di Desa Parit Pangeran, Ambawang
Pengalamaan Dua Hari Di Desa Parit Pangeran, Ambawang
Sabtu, 24 November 2018
Jam
08.02 WIB. aku berangkat menuju SEKRETARIAT DEMA yang terlatak di samping
gedung Sport Center. Pada awalnya aku tak tau di mana letaknya SEKRETARIAT DEMA (parah kalilah), dan di hari itulah, kedua kalinya aku SEKRE DEMA FTIK. hari pertama ketika aku
minta tanda tangan kepada abang-abang Bintal dan para panitia ketika PBAK dan
hari keduanya ketika aku berkumpul untuk menunggu pengarahan dari Dekan untuk
pemberangkatan ke Desa Ambawang untuk program “DEMA FTIK mengajar” dalam rangka
hari Guru Nasional, tepatnya di MIS DARUN NAJAH
PARIT PANGERAN, yang mana salah
satu sekolah yang akan aku tuju, ini awal ceritaku di sekolah sederhana itu.
Aku duduk di dalam SEKRE DEMA FTIK
dekat dengan pintu keluar. perasaan tak tenang dan gelisah. aku belum melakukan
persiapan untuk berangkat. Sungguh aku benar-benar ketinggalan informasi, aku
juga tidak tau perlengkapan apa saja yang harus aku bawa. Kupangdangi
sekelilingku, mereka yang akan pergi
membawa packing yang lumayan besar, mereka begitu siap untuk berangkat, aku
sendiri masih bingung. WhatsApp ku hilang beberapa minggu yang lalu, kerena
kepenuhan memori di HP. aku belum minta izin kepada Ustadzah. dari kemarin aku
sudah minta dibuatkan surat untuk izin dari DEMA FTIK ke Ma’had melalui ketua
kelas. Tapi belum juga direspon. Aku begitu aku khawatir, karena kalau izin ke Ma’had
harus dengan surat izin dari kegiatan yang akan diikuti. Dan hari itu adalah
hari pertamaku izin dari Ma’had untuk pergi dan menginap semalam.
Hujan turun sangat lebat seketika, kami terpaksa menunggu. ahirnya, setelah beberapa menit hujan pun
reda. aku dan dan para relawan beserta pengurus DEMA FTIK menunggu kedatangan Dekan
yang akan pengarahan sekaligus pengesahan terkait keberangkatan kami. Akhirnya,
kami berkumpul di depan gedung zuhri untuk pelepasan para relawan untuk
berangkat ke Ambawang.
Jam
telah menujukkan jam 11.46 WIB, aku dan salah satu senior panggil saja dia Kak Siti mulai melakukan perjalanan
menuju ke Desa Ambawang. Senior itu merupakan salah satu dari pengurus dema yang
ikut bersama dalam kegiatan dema FTIK mengajar, dia kakak yang baik dan ramah,
dia selalu ceria di waktu apapun.
Kami
sengaja melakukan perjalanan lebih awal dari yang lainnya. Karena senior yang bersamaku ingin
singgah terlebih dahulu ke BANK. Dia ingin menguruskan ATMnya yang sedang
bermasalah. Katanya “ketelen”. Tapi sayang, ketika kami datang, ternyata BANKnya
tutup. Kami memutar arah perjalanan menuju Pasar Felamboyan untuk membeli
jagung. Dalam rangka kegiatan DEMA FTIK mengajar, akan ada kegiatan malam
bersama penduduk setempat dan para siswa dan siswi. Malam itu akan diadakannya
pembuatan api unggun, bakar jagung dan menyanyi bersama. Kalau dibayangkan
memang menyenangkan. Setelah membeli jagung kami mulai melakukan perjalanan ke Jalan
Desa Durian, Ambawang, Desa Parit Pangeran. dalam perjalanan yang begitu
lama, kami sempat tersesat dalam
perjalanan. Kami berhenti ditepi jalan sebelum masuk jalan tol, aku tak tau
nama tempat itu. Kami mencoba menguhubungi abang-abang DEMA, namun tak satu pun
yang aktif. chat di groub tidak ada yang respon. Aku menyarankan untuk
menggunakan google map tapi ketika
kami cari lokasi yang akan kami tuju, tidak ditemukan, hanya saja Jalan Desa
Durian yang ketemu. Kata kakak dia kurang mengerti dalam menggunakan google map. dia bilang, dia mengerti
menggunkan aplikasi gojek. Namun
hasilnya sama saja dengan google map.
Kami sudah tidak punya jalan lain ketika kami sadari sinyal didaerah tidak
kuat, selain hanya bertanya dengan penduduk setempat. Kami perpaling arah dan
singgah disebuah kantin yang terletak ditepi jalan, kami berhenti dikantin itu,
mengisi bensin dan sekalian bertanya arah menuju tempat tujuan. Aku terasa
sangat haus dengan terik matahari yang sangat kuat. Aku memutuskan untuk
membeli es di kantin itu, ketika aku masuk dikantin, aku bertemu dengan orang bule, aku hanya kaget saja, ternyata ada
bule di kantin kumuh seperti itu. Aku
senang. Aku sempat ngobrol kecil dengan pemuda bule itu, yang kupanggil dengan sebutan sir. Sementara aku menunggu pelayan membuakan es untukku, aku
bertanya kepada dia apa yang dia lakukan disini. Dia bilang dia seorang turis
yang ingin melihat-lihat tempat-tempat di lokasi disitu.dia sepertinya berteman
dengan orang yang memiliki kantin itu, kulihat kakak itu sangat fasih berbicara
bahasa Inggris. Tapi sangat sayang aku harus segera pergi. Tapi, yang lebih
disayangkan kak siti tidak ketemu dengan bule itu hehe.
Kami
melanjutkan perjalanan. Hingga saatnya kami telah tiba di Desa Ambawang. Namun,
ada lagi hambatannya, kami tidak tahu dimana letaknya Desa Parit Pangeran dan
sekolah yang akan kami tuju. Kami masih melanjutkan perjalanan, tanpa berhenti
kami terus menelusuri Desa Ambawang untuk mencari tempat yang kami tuju. kami
mencoba bertanya digroub WA, tapi satu pun tidak ada yang merespon, ditelpon
abang-abangnya tidak ada yang aktif. Sungguh gerah hati dan gerah body.
Matahari lagi panas-panasnya tepat diatas kepala. Senior yang bersamaku pun sudah hampir marah,
putus asa dan pengen pulang. Tapi, aku coba mengingatkan tentang jagung yang
kami bawa. Jika kami pulang, mungkin mereka malam nanti tidak akan makan jagung
bakar. Dia bilang, tidak apa nanti jagungnya bawa pulang aja jual kembali ke Pasar Felamboyan. Jujur aku pasti sangat kecewa jika aku tidak jadi pergi. Kami coba
bertanya lagi dengan orang setempat, ada yang bilang tidak tau, ada yang
sok-sok tahu ketika dituju tempatnya ternyata salah, adanya jalan kuning, becek
dan banyak lobang, rokku juga sampai sudah kotor. Kalau dipikirkan memang
benar-benar emosi. Kemudian senior itu memutuskan untuk mencari tempat yang ada
sinyal. Sesampai di tempat yang ada sinyal, kak siti menelpon bang Wahyudi,
orang yang menyarankan tempat untuk kegiatan DEMA FTIK mengajar. Kak siti
menyuruh Bang Wahyudi untuk tunggu di depan gangnya. Setelah kami bertemu dengan
bang wahyudi. ternyata gang tersebut sudah kami datangi sebelumnya , hanya saja
kami tidak memasukinya.
Lanjut
pejalanan lagi, jalan di Desa Parit Pangeran sangat jelek, becek, belumpur dan
perlu ekstra hati-hati untuk melewatinya. Hingga akhirnya kami telah tiba
ditempat tempat tujuan kami yaitu MIS DARUN NAJAH. Aku sedikit lega, lalu kami
disambut oleh tuan rumah salah satu rumah warga disitu. Kami disuduhi makanan
nasi dan lauk pauk. semua orang telah selesai makan, tinggal kami berdua lagi,
malu rasanya makan dipandangi banyak orang. Tapi, tak apa rasa lapar telah
menendang rasa malu.
Setelah
makan, kami duduk sebentar memberi waktu untuk menyusun nasi di perut. setelah
itu, kami kumpul sebentar membicarakan kegiatan selanjutnya yang akan
dilakukan. Kemudian pergi ketempat penginapan dan siap-siap untuk melakukan perkenalan dan sosialisasi dengan para murid
disekolah itu. Penginapan yang sangat sederhana, yaitu kantor sekolah. Dan
disini kami akan tidur untuk waktu 2 hari 1 malam.
Tibalah
saatnya perkenalan dan sosialisasi. Aku melihat anak-anak murid yang
kecil-kecil menggunakan seragam pramuka dengan mata yang sayu, mungkin saja
mereka ngatuk karena telah lama menunggu kami. Aku dan para relawan mulai
memasuki kelas, lalu kami atur posisi tempat duduk mereka. Dan dimulailah pembukaan
acara tersebut. satu persatu mahasiswa relawan memperkenalkan diri mereka.
Awalnya aku merasa asing pertama kali aku bertemu dengan anak-anak yang
mayoritas Suku Madura dan para siswa yang berbicara Bahasa Madura. Hingga pada
giliranku perkenalan diri, aku berusaha membangkitkan semangat mereka, agar
mereka tidak mengantuk, walau nyatanya aku gugup.
Setelah
melaksanakan sholat asar berjamaah. Jam 16.. relawan siap- siap mengumpulkan
kayu bakar untuk membuat api unggun, untuk acara malam
nanti.. Aku ikut membantu mangangkat ranting-ranting kecil Dan mengambil sayur
sayuran yang ada seperti miding atau kata lain pakis merah untuk makan malam.
Penyusunan kayu bakar untuk api unggun telah selesai, setelah itu siap-siap mandi,
dikarenakan kamar mandi hanya satu jadi mau tidak mau harus ngantri.
Suara
adzan telah berkumandang, saatnya solat
magrib berjamaah dan mengajar para siswa mengaji. Aku mendapat siswa yang harus aku ajari
namanya Aisyah siswa kelas empat. aku bertanya, ngajinya sudah sampai mana. Dia
menunjukkan surah Al-Fatihah. Aku siap mengikutinya, aku menyuruhnya membaca
dan menunjuk bacaan yang ia baca. Ternyata apa yang dia baca beda dengan yang
dia tunjuk. Feelingku, dia mungkin
belum tuntas belajar Huruf Hijaiyah. Dan ternyata benar. Sungguh sangat
memprihatinkan siswa kelas 4 seharusnya dia sudah minimal iqro’ enam. Dari sini
aku bisa lihat pengajaran yang dilakukan tidaklah merata kesemua siswa. Karena
anak seperti aisyah ini perlu bimbingan yang ekstra dalam mengajarinya.
Setelah
selesai Sholat Isya, kami siap-siap untuk makan malam, perutku sudah sangat
lapar. Kami makan bersama-sama berbanjar saling berhadapan. Sepiring nasi,
sepotong telur, sepotong tempel dan
sambal. Oh iya aku lupa sayur miding yang dicari tadi sore. Selain makanan yang
enak, kebersamaan itu yang menambah lezatnya ketika makan.
Dan
setelah makan, ada rapat sebentar mengenai acara selanjutnya yaitu pemasangan
api unggun dan bakar jagung. setelah beberapa menit rapat dan memutuskan, hal
yang akan dilakukan. Semua mengelilingi kumpulan kayu yang akan dibuat api
unggun. Para siswa dan relawan saling berpegan tangan. Dengan seorang komando,
api unggun pun dihidupkan. Kami bernyanyi dan mengingilingi api unggun. Aku
begitu terkesan, malam seperti ini jarang aku temui, apalagi dengan para siswa
yang menyempatkan diri untuk datang malam itu. Masing-masing relawan membuat
permainan untuk menghibur para siswa, sementara pengurus dema membakar jagung.
Tawa riang terdengar disekelilngku. Setelah jagung telah matang lalu dibagikan
semua orang yang orang yang ada disitu.
Malam
sudah larut para siswa diperkenankan untuk pulang kerumah masing-masing.
Selanjutnya kumpul kembali para relawan dan pengurus dema, untuk merencanakan
kegiatan untuk besok pagi. Kegiatan besok akan ada Upacara Hari Guru Nasional,
yang mana petugasnya adalah para relawan, aku memilih untuk membaca Pembukaan
UUD 1945, selain itu juga ditawarkan yang bersedia membangunkan teman-teman
bangun subuh satu dari putri dan satu dari putra, aku menerima tawaran
tersebut. Bagiku bangun subuh sudah merupakan kebiasaanku, apalagi dengan
sekarang aku tinggal dima’had, tidak bangun solat subuh berjamaah di iqob
(dihukum). Selain itu juga membagian kelas mengajar. Rapat telah selesai,
relawan masing menuju tempat penginapannya untuk istirahat tidur.
Minggu 25 November 2018,
Jam
3.30 Subuh yang sangat dingin, kubangunkan semua realawan putri untuk mandi dan
siap-siap untuk sholat. Sholat subuh berjamaah dan ikuti kultum dari para
relawan. Aku tertunjuk untuk kultum karena yang lain tidak mau. tapi aku tidak
kultum, karena aku belum ada persiapan, aku takut aku salah menyampaikan. Aku
hanya mengajak dan berpesan kepada para relawan. Setelah itu mengarahan dari
Ketua Umun DEMA FTIK Bang Ruslan.
Kegiatan
pagi bersih-bersih halaman sekeliling sekolah, ada dari mereka yang jogging,
masak dan ada yang masih tidur. Aku menulis pembukaan UUD 1945 untuk upacara
nanti. Setelah itu sarapan pagi dengan bubur dan minuman energen, makan
bersama-sama. Jam 8.48 kami sudah siap dengan seragam amamater iain pontianak.
kami berkumpul dilapangan untuk melakukan geladi sebelum melaksanakan upacara.
Hingga tiba saatnya upacara dimulai dengan pembina ketua umum DEMA FTIK, dan
pesertanya para siswa dan relawan. upacara berlangsung dengan tertib hingga
selesai. Setelah itu tiba waktunya mengajar. Aku dan rakanku mengajar kelas 4
dengan mata pelajaran IPS, Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. senang sekali
mengajar mereka, dengan keterbatasan yang ada kami berusaha mengefektifkan
pembelajaran hingga selesai.
Setelah
selesai mengajar para siswa mendekati kami. Mereka sangat senang dengan kehadiaran
kami. Bahkan ada dari mereka yang menginginkan agar kami mengajar selama
seminggu disitu. Apa daya hanya dikasih waktu dua hari.kami bermain dengan
mereka. Lalu dari mereka, ada yang memberikan surat, yang isinya pengen ketawa
kalau membacanya. tapi satu surat ini yang masih aku simpan, sebuah surat yang
isinya
“selamat sore kak liza. Kak liza sudah
membantu anisa sepuasnya. Kak liza mengajari anisa sapmai tau yang dipelajari.
Kak liza, in untuk kak liza yang cantik dan manis yang putih, semoga cita-cita
kak liza tercapai” dari anisa
untuk kak liza.
Peutupan
tiba, yang diadakan di dalam masjid. Dihadiri oleh siswa dan orang tuanya.
Pembagian sedikit donasi bagi siswa yang kurang dalam perlengkapan sekolahnya.
foto bersama. Dan makan bersama, dengan semua siswa. makan dengan daun pisang,
memanjang, nasi dan lauk pauknya telah disusun sepanjang daun pisang. Begitu
menyenangkan. Setelah makan mencuci paralatan masak. Setelah itu, siap siap
pulang. Pulangnya aku menumpang dengan senir yang lain, karena kak siti sudah pulang
terlebih dahulu.
Dari
kegiatan “DEMA FTIK mengajar” dalam rangka Hari Guru Nasional, begitu banyak
pelajaran dan pengalaman yang didapatkan. Kebersamaan, teman baru, suasana
baru, dan menyenangkan. Sekolah yang terpencil, sarana dan prasana kurang, tapi
semangat mereka sangat besar untuk belajar, mereka sangat disiplin. Aku sendiri
sangat senang, aku harap kalau ada kegiatan seperti ini lagi aku mau ikut
berpartisipasi. Semoga aku dan kita relawan dapat menjadi guru masa depan untuk
anak-anak bangsa. Guru yang sebenarnya aamiin.
Sekian
ceritaku tentang pengalamanku selama kegiatan “DEMA FTIK mengajar” dalam rangka
Hari Guru Nasional.
Komentar
Posting Komentar